Alamat : Jl Solo km 12.5 (Samping Oleh Oleh Maulana) Hp 081225877123
Bonsai, tanaman yang dikerdilkan itu terkesan menjadi tanaman kelas
menengah. Padahal anggapan itu keliru. Perkumpulan Penggemar Bonsai
Indonesia (PPBI) menepisnya dengan menerima semua kalangan menjadi
anggota.
PPBI di Kota Jogja telah berdiri sejak 1980-an. Para anggotanya belajar dengan detail cara membuat dan merawat bonsai. Karena perawatan yang tak mudah, perkumpulan ini menjadi ajang berbagi seputar bonsai.
Nano memaparkan untuk bahan bonsai bisa dimulai dari biji, stek,
maupun pencangkokan. Serta tunggul diambilnya dari alam. Namun, di
kelompoknya sebisa mungkin meminimalis bonsai dari alam.
Jenis tanamannya pun beragam. Misalnya, beringin, serut, asem jawa, santigi, kimeng, sancang, dan lainnya. Kategorinya tetap berkarakter kecil dan berbatang besar.
“Kalau sudah hobi dan digeluti memang tidak terlalu susah. Sedangkan dulu orang melihat bahwa membelinya mahal merawatnya juga susah,” imbuhnya.
Uniknya, bonsai juga kadang-kadang perlu rawat inap seperti manusia yang sakit lalu menginap di rumah sakit. Nano menjelaskan rumahnya adalah semacam “rumah sakit” bonsai, tempat rawat inap. “Bahkan bonsai milik peserta yang dari Jambi pun jauh-jauh mengobati tanaman bonsainya di sini,” ujarnya.
Setiap tahunnya PPBI Jogja rutin menggelar pameran. pada 2007 lalu juga ikut dalam pameran bonsai se-Asia Pasifik yang diadakan di Sanur, Bali.
Dalam setiap pameran, biasanya berkumpul para pemburu, pedagang dan kolektor bonsai. Setiap event tersebut ada juri yang menilai bonsai-bonsai yang dibawa dari masing-masing wakilnya setiap cabang.
“Peserta dari seluruh cabang masing-masing mengirimkan empat wakilnya untuk mengikuti penilaian. Terlebih pada saat acara terakhir kemarin yakni Munas [Musyawaran Nasional], event paling besar,” ucapnya.
Acara yang diselenggarakan di Multi Media Training Center (MMTC) Jogja itu sekaligus pembentukan pengurus baru. Setiap empat tahun sekali diadakannya Musyawarah Nasional (Munas). Dan tahun ini Munas bertempat di Jogja.
“Event-event selalu ada terus, hampir satu bulan dua sampai tiga kali. Ada pun penjuriannya yang terdiri dari empat kelas,” katanya. Kelas-kelas tersebut seperti prefect, regional, madya hingga bintang. Pesertanya pun dari seluruh Indonesia.
Untuk penilaiannya, menentukan gerak batang tanaman bonsai itu sendiri. Kemudian apakah sesuai proporsi bonsai. Dari sisi pangkal tanaman yang mana yang tumbuh secara seimbang.
PPBI di Kota Jogja telah berdiri sejak 1980-an. Para anggotanya belajar dengan detail cara membuat dan merawat bonsai. Karena perawatan yang tak mudah, perkumpulan ini menjadi ajang berbagi seputar bonsai.
Jenis tanamannya pun beragam. Misalnya, beringin, serut, asem jawa, santigi, kimeng, sancang, dan lainnya. Kategorinya tetap berkarakter kecil dan berbatang besar.
“Kalau sudah hobi dan digeluti memang tidak terlalu susah. Sedangkan dulu orang melihat bahwa membelinya mahal merawatnya juga susah,” imbuhnya.
Uniknya, bonsai juga kadang-kadang perlu rawat inap seperti manusia yang sakit lalu menginap di rumah sakit. Nano menjelaskan rumahnya adalah semacam “rumah sakit” bonsai, tempat rawat inap. “Bahkan bonsai milik peserta yang dari Jambi pun jauh-jauh mengobati tanaman bonsainya di sini,” ujarnya.
Setiap tahunnya PPBI Jogja rutin menggelar pameran. pada 2007 lalu juga ikut dalam pameran bonsai se-Asia Pasifik yang diadakan di Sanur, Bali.
Dalam setiap pameran, biasanya berkumpul para pemburu, pedagang dan kolektor bonsai. Setiap event tersebut ada juri yang menilai bonsai-bonsai yang dibawa dari masing-masing wakilnya setiap cabang.
“Peserta dari seluruh cabang masing-masing mengirimkan empat wakilnya untuk mengikuti penilaian. Terlebih pada saat acara terakhir kemarin yakni Munas [Musyawaran Nasional], event paling besar,” ucapnya.
Acara yang diselenggarakan di Multi Media Training Center (MMTC) Jogja itu sekaligus pembentukan pengurus baru. Setiap empat tahun sekali diadakannya Musyawarah Nasional (Munas). Dan tahun ini Munas bertempat di Jogja.
“Event-event selalu ada terus, hampir satu bulan dua sampai tiga kali. Ada pun penjuriannya yang terdiri dari empat kelas,” katanya. Kelas-kelas tersebut seperti prefect, regional, madya hingga bintang. Pesertanya pun dari seluruh Indonesia.
Untuk penilaiannya, menentukan gerak batang tanaman bonsai itu sendiri. Kemudian apakah sesuai proporsi bonsai. Dari sisi pangkal tanaman yang mana yang tumbuh secara seimbang.
Kelak, Nano berharap agar tanaman bonsai Indonesia bisa mulai membuka
jalan untuk ekspor. Sejauh ini programnya sudah sampai ke luar negeri.
Seperti Taiwan, Malaysia, dan Singapura sudah mengenal kelompok
bonsainya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar